plugin&play
Music saves our souls | ||||||||
So I’ll always believe as I move forward, Life goes on. navigations are the four lines of lyric. they are profile, entries, links and credits navigations respectively (from the top). |
Selasa, 20 Mei 2008, 22.19
Pesta Awal Tahun Ajaran - 1973/1974 (after Hospital Wing)
Perlahan Yusuke mulai mendekati meja asramanya, dilihatnya Marshall tengah berdiri, seperti hendak pergi. Ia berbicara sebentar dengan anak lelaki yang duduk di sebelahnya--kalau tak salah dengar Marshall memanggilnya "kak". Apakah anak itu murid tahun kedua? Sepertinya ya, karena saat seleksi Yusuke merasa tidak melihatnya.. Yusuke mencari-cari bangku yang kosong--karena bangku dekat Stan dan Selsia sudah terisi orang lain--entah siapa--, dan Yusuke menghampiri bangku kosong yang tidak jauh dari Stan. Ia segera duduk di bangku itu, dan melihat Marshall tengah menghampiri mereka dan berdiri di sebelah Stan. Mau apa anak ini? tanya Yusuke dalam hati. BUAAAHHHH Yusuke menganga melihat apa yang terjadi. Marshall meludahkan apa yang ada di mulutnya ke muka Stan--yang dengan sukses berhasil di tameng piring oleh Stan--jika diperhatikan dengan seksama, yang diludahkan Marshall adalah kulit jeruk. Euh, menjijikkan, gumam Yusuke dalam hati. Gila, Marshall benar-benar berani sekali! Yusuke teringat kejadian bom kotoran di Leaky Cauldron, entah Marshall memang kurang kerjaan atau sangat berani melawan, Yusuke tak tahu. Dia saja tak tahu apa yang terjadi pada saat dia sedang tak ada di meja ini. Tampaknya ada perdebatan seru yang terlewatkan, secara Stan memang pendiam dan Marshall sebaliknya. Jika kedua orang ini bertemu? Wah, bisa heboh sekali rasanya, dan tampaknya itu yang terjadi barusan. Dilihatnya Stan tetap berlaku tenang atas perlakuan Marshall barusan, seolah tak terjadi apa-apa. Ia menurunkan piring yang digunakan sebagai tameng, dan mengambil piring lain yang masih bersih sambil berkata dengan tenang, "Lihat, kelakuanmu saja lebih menjijikan daripada hewan..." Ops, sangat menusuk sekali kata-katanya! gumam Yusuke. Ternyata Stan walaupun pendiam, dia mampu mengeluarkan kata-kata yang cukup pedas. Yusuke menahan tawa, rasanya lucu melihat apa yang terjadi pada Marshall dan Stan. Cukup seru karena dua-duanya seperti tak mau mengalah satu sama lain. Stan tetap saja tenang, bahkan melanjutkan acara makanya yang mungkin sedikit terganggu. "Hei! Apa yang kau lakukan? Kau sudah gila? Kenapa kau melakukan hal menjijikkan itu? Tak pernah diajari sopan santun rupanya. Pertama di Leaky, sekarang di sini!" teriak seseorang pada Marshall, dan Yusuke menoleh. Rupanya suara Rei, dan ia tampak kesal dengan kelakuan Marshall barusan. Rei melanjutkan lagi, "Atau kau mau ku adukan ke Prefek atau kepala Asrama? Mau detensi rupanya." Detensi? Hukuman? Wow, hebat sekali jika Marshall menjadi anak tahun pertama yang pertama kali kena detensi, gumam Yusuke. Ia tertawa kecil, sepertinya detensi untuk Marshall bukan apa-apa, mengingat dia sedikit cuek dan tidak peduli. Akhirnya Yusuke membuka mulut menanggapi ucapan Rei, sedikit berbisik, "percuma Rei, sepertinya untuk Marshall detensi itu hal kecil," dan kemudian ia melanjutkan kata-katanya, kali ini memandangi Stan, dan memasang cengiran lebar, "bisa juga kau berkata seperti itu Stan!" Yusuke terkekeh, namun ditahannya karena berusaha agar tak didengar Marshall. Kemudian Yusuke mengambil tempura yang nampak di depannya--terlihat lezat sekali--kemudian memakannya. Ia jadi rindu akan Jepang, padahal baru beberapa hari meninggalkannya. Yusuke masih mengunyah sushi-nya, lalu menolehkan kepalanya pada Marshall sambil memasang cengiran--yang terlihat aneh karena mulutnya sedang penuh makanan dan ekor udang tempura menyembul dari mulutnya--lalu membentuk tanda "V" dengan dua jari tangannya, sebagai tanda kalau ia tak ikut campur dengan urusan Marshall dan Stan. Tiba-tiba ada yang memanggil Yusuke dari belakang ketika ia sedang lahap makan, "Yusuke!!" Reflek Yusuke menoleh, ternyata Haruhi yang memanggilnya. Yusuke tersenyum padanya tapi mulutnya masih penuh dengan makanan. Ia mengangguk pada Haruhi, seolah mengatakan "aku-bai-baik-saja"."Apa kabar? kamu kesulitan yah! sudah makan? ini, aku tidak sengaja memungut obat ini, milikmu yah?" Haruhi menyodorkan sesuatu pada Yusuke, dan Yusuke terbelalak melihatnya. Obat maag?! Ya ampun, ternyata benar miliknya! Yusuke menepuk kepalanya, mulutnya masih penuh makanan. Pasti terjatuh di Hogwarts Express tadi!! jerit Yusuke dalam hati. Ia menelan makanannya, lalu berkata pada Haruhi, "hei! Benar, ini obatku! Kau temukan dimana? Wah, sayang sekali aku sudah merasa cukup baikan," Yusuke mengambil obat yang ada di tagan Haruhi, "tapi aku yakin pasti maagku akan kambuh lagi. Menyebalkan. Arigato Haruhi-kun!" Yusuke memasang cengiran lebar pada Haruhi. Ternyata anak ini tak seburuk yang kukira, dan memang sifatnya sangat sulit ditebak, gumam Yusuke dalam hati. Yusuke kembali melanjutkan makannya, tapi ia menawarkan pada Haruhi, "kau sudah makan?" dan mulutnya kini penuh dengan makanan. Dalam hati ia ingin mengajak Haruhi duduk disini, tapi ia berniat mengurungkannya. Yusuke baru ingat kalau temannya yang satu ini adalah Slytherin, dan Yusuke adalah Gryffindor. Apakah tak apa-apa jika seorang Slytherin duduk di Meja Gryffindor? Selama ini kedua asrama itu memang tak pernah akur katanya. Dengan cuek, dan berpikir baginya tidak masalah, Yusuke menepuk bangkunya, mengisyaratkan Haruhi untuk duduk di sebelahnya yang masih kosong, "mau bergabung?" Label: Aula Besar, Meja Gryffindor, Tahun Pertama, Term 2
I remember your words and nod my head. , 22.14
Pesta Awal Tahun Ajaran - 1973/1974 (part 3)
Tiba-tiba ada yang menyorongkan sebungkus makanan tepat di depan matanya. "Mau?" kata si pemilik bungkusan itu, rupanya dia menawarkan apa yang dimilikinya pada Yusuke. Ia mendongak, melihat wajah si pemilik dalah anak-perempuan yang dikenalnya--Selsia. Yusuke melirik isi bungkusan, seperti keripik.. mungkin? Yusuke memandangi isinya, warnanya kemerah-merahan dan sepertinya pedas. Pedas? Maag? Kurasa ini tak baik sebagai pembuka.. tapi.., Yusuke meinmbang-nimbang, dan memutuskan untuk mengambilnya sedikit saja. Setidaknya ia harus makan sesuatu. Tangannya masuk ke dalam bungkusan dan mengambil dua buah. Ia tersenyum pada Selsia, tapi senyuman meringis karena sambil menahan sakitnya. "Terima kasih, Selsia..," ujar Yusuke, kemudian memasukkan keripik itu ke dalam mulutnya perlahan. Dikunyahnya perlahan--ternyata rasanya cukup enak--dan di sampingnya ada suara anak lelaki yang dikenalnya menyapa, "Ah, Yusuke! Tak disangka masuk sini, eh?" Yusuke menoleh, rupanya suara Stanley dan anak itu duduk di sebelahnya. Dan kemudian tiba-tiba banyak Phil, Stanley, Lorainne, bahkan seorang anak perempuan--sepertinya tahun kedua--berambut hitam gelombang yang duduk tak jauh darinya, menawarkan diri untuk menyuapi Yusuke. Mereka sadar kalau Yusuke sedang tidak dalam keadaan fit. Phil dan Stan menanyakan keadaaannya, begitu pula dengan Lorainne. Yusuke hanya menggeleng lemah, dan ia sedikit kaget dengan apa yang diucapkan anak perempuan berambut hitam gelombang itu. Disuapi? Oh tentu tidak, seperti anak kecil saja, gumam Yusuke sambil memutar bola matanya. Ia tersenyum pada anak perempuan itu, “terima kasih, tapi rasanya tak perlu..” saat berkata seperti itu perut Yusuke semakin sakit saja. Tak tertahankan lagi! Ternyata keripik tadi tak terlalu berpengaruh untuknya. Cepat-cepat ia berdiri, rasanya ia perlu ke ruang kesehatan. Yusuke keluar dari bangkunya, sekilas ia melihat Stanley juga keluar dari bangkunya, kelihatan panic, kemudian menggendong seorang anak perempuan.. Vionna?! Ternyata ia tergeletak di lantai, sepertinya pingsan, dan cepat-cepat Stan membopongnya, berlari keluar. Sepertinya akan dibawa ke ruang kesehatan. Ah, kebetulan sekali! gumam Yusuke. Ia berlari mengikuti Stan yang membopong Viona, dibantu anak perempuan yang tadi menawarkan suapan pada Yusuke. Tampang mereka tampak panic dengan keadaan Vionna yang tak sadarkan diri. Yusuke masih memegangi perutnya, sakit sekali, sebelum mengikuti Stan dan anak perempuan itu ia pamit pada Selsia, Lorainne dan Phil, “maaf, tampaknya sakitku benar-benar tak tertahankan lagi.ugh..aku ke ruang kesehatan dulu yah..” Dan Yusuke mengikuti mereka sambil berjalan pelan, berlari membuat perutnya jadi semakin sakit saja. Seandainya obat maagnya ada, pasti tak akan seperti ini, sesalnya dalam hati. Yusuke terus berjalan, mengikuti Stan keluar dari Aula Besar, masih meringis kesakitan dan memegangi perutnya. Label: Aula Besar, Meja Gryffindor, Tahun Pertama, Term 2
I remember your words and nod my head. , 22.13
Pesta Awal Tahun Ajaran - 1973/1974 (part 2)
Tiba-tiba terdengar suara dentingan lagi, Yusuke menoleh dan melihat si pria tua berjengot putih panjang dan berkacamata berdiri dan menyampaikan pidato sambutannya. Ternyata dialah sang kepala sekolah--penyihir terhebat yang bernama Albus Dumbledore--seperti yang dikatakan dalam surat dari Hogwarts yang diterimanya dan yang dikatakan Seiji. Itukah penyihir terhebat? tanya Yusuke dalam hati. Berikutnya Profesor Dumbledore pun menyampaikan sambutannya, "Anak-anak, kuucapkan selamat datang di Hogwarts, tempat dimana kalian akan menghabiskan tujuh tahun kedepan dari masa akademis kalian," sapanya sambil merentangkan tangan, suaranya bergema di seluruh aula. "Aku, kepala sekolah kalian, dan semua staff disini menyambut kalian dengan gembira. Kulihat Mr Filch dengan suka cita memolesi rantai-rantai diruangannya demi menyambut para murid baru." Mendengar itu Yusuke menganga, apa maksudnya rantai-rantai?! tanyanya dalam hati. Detensi? Hukuman? atau.. "Aku takkan berceloteh panjang lebar lagi, sayang sekali sebenarnya karena tadinya aku ingin menyanyikan lagu tandingan yang tak kalah centil dari lagu Topi Seleksi tahun ini."Kamisama, apakah Profesor Dumbledore serius ingin bernyanyi menyaingi si Topi Seleksi?! Tak terbayangkan jika benar-benar terjadi, pikir Yusuke sambil tertawa kecil, tapi kemudian kembali meringis karena sakit perutnya, dan ia menundukkan kepalanya lagi. Suara Profesor Dumbledore masih terdengar, ia melanjutkan sambutannya, "Sedikit kuperingatkan hutan di samping sekolah sangat terlarang untuk dimasuki anak-anak. Bolehlah kalau kalian mencoba masuk sedikit, tapi kujamin akan ada hadiah manis menanti kalian. Lalu, pemberitahuan bahwa mulai tahun ini, kunjungan Hogsmeade hanya untuk anak-anak kelas tiga keatas dan harus memiliki surat izin dari orang tua atau wali. Tak lagi bebas seperti tahun lalu. Kurasa kalian tahu sebabnya karena Miss Skeeter yang baik telah mengulasnya dengan indah." Yusuke mendongak mendengar kata-kata Hutan Terlarang. Dalam hati ia menebak-nebak seperti apa hutan itu, seberapa besar bahayanya, begitu pula dengan Hogsmeade. Yusuke sedikit bingung dengan tempat-tempat itu, karena sedikit sekali informasi yang diberikan Seiji padanya. Yang Yusuke tahu Hutan Terlarang adalah sangat berbahaya dan Hogsmeade adalah tempat yang menyenangkan, begitulah menurut Seiji. Miss Skeeter.. dimana aku pernah medengar nama itu? tanya Yusuke dalam hati, mengingat-ingat dimana ia mendengar nama tersebut. Belum selesai mengingat, Profesor Dumbledore berujar lagi, "Spesial sekali tahun ini karena kita kedatangan seorang guru Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam yang baru, Profesor Madeline Simms, menggantikan Profesor Buster," Kepala Sekolah menganggukan kepalanya pada wanita berbalut busana warna pink--dan Yusuke mengenali wajah itu. Wanita yang pernah dilihatnya di Toko Jubah Madam Malkin, sangat cantik dan elegan seperti saat Yusuke pertama kali melihatnya, Profesor Maddy. "Okelah, pesan terakhir dariku. Sikat dan embat!" begitulah kira-kira sang Kepala Sekolah, Profesor Dumbledore mengakhiri sambutannya, disambut dengan gemuruh tepuk tangan. Yusuke ikut bertepuk tangan, namun ia masih meringis kesakitan. Seketika di meja masing-masing asrama bermunculan makanan, dan segera saja Aula Besar dipenuhi celotehan orang-orang berbicara sambil meinkmati hidangan dan makanan yang tersedia di atas meja. Yusuke mencium bau masakan, dan wajahnya tampak sangat bersyukur karena maagnya mungkin bisa tersembuhkan dengan makanan yang tersedia di atas meja sekarang. Yusuke memandangi hidangan yang mengisi piringnya sekarang, tampaknya lezat--ayam kalkun panggang--yang hanya bisa dinikmati oelh Yusuke dan kakaknya setahun sekali karena harganya cukup mahal. Air liur mulai muncul di sudut mulut Yusuke, tanpa pikir panjang ia menusuk daging ayam itu dengan garpu menggunakan tangan kanannya dan pisau di tangan kirinya, kemudian memotong ayam itu perlahan. Ia masih meringis kesakitan. Tiba-tiba perutnya jadi semakin sakit, sehingga tak mampu memotong ayam yang ada di depannya. Rasanya menyedihkan, makanan ada di depan mata namun tak mampu berbuat apa-apa. Akhirnya Yusuke memutuskan untuk minum saja--ia menyeruput gelas piala yanga da di depannya--rupanya berisi jus apel, dan ia menyeruputnya. Ternyata mampu menghentikan maagnya sejenak. Namun perutnya mulai meronta lagi, sekali lagi Yusuke meringis. Ia tak mampu berbuat apa-apa. Ia menyenderkan kepalanya lagi, menunduk di atas meja. Iamemutuskan akan mulai makan jika sakit perutnya sudah mulai tak terasa.. ..dan rasanya itu akan lama sekali. Label: Aula Besar, Meja Gryffindor, Tahun Pertama, Term 2
I remember your words and nod my head. , 22.07
Seleksi Asrama - 1973/1974
Yusuke tak sadar kalau tertinggal jauh dari kawanan anak tahun pertama. Cepat-cepat ia berlari menyusul kawanan itu, namun matanya masih memandangi isi kastil. Yusuke terus mengikuti si pria raksasa berjanggut hitam lebat itu, dan pria tersebut menyuruh anak-anak untuk meletakkan barang-barangnya di depan pintu besar dari kayu yang sangat elegan--dimana disitu telah menunggu seorang wanita sentengah baya, namun tampaknya tak terlalu tua seperti kelihatannya. Wanita itu menyambut anak-anak tahun pertama yang kini ada di depannya dengan senyuman ramah, kemudian ia melambaikan tangannya--atau tongkatnya--entahlah, Yusuke tidak melihat terlalu jelas karena letaknya berdiri sangat jauh dari wanita itu. Pintu itu pun terbuka, dan anak-anak tahun pertama bergerak masuk ke dalam. Yusuke menanggalkan topinya dan memasukkannya ke dalam ransel, meletakkan sangkar burung Jun dan ransel hitamnya di tempat yang dikatakan pria raksasa itu, kemudian mengikuti anak-anak yang lain masuk ke dalam. Ternyata ruangan yang dimasuki mereka disebut Aula Besar, setidaknya itulah yang ditangkap Yusuke dari cerita Seiji, dimana ciri-cirinya sangat cocok. Megah, beberapa meja super-panjang di dalam ruangan, dan meja panjang di paling depan, tempat para guru untuk duduk disana. Langit-langitnya dipenuhi cahaya lilin yang banyak berderet, bergelantungan tanpa benang. Sekilas Yusuke melihat pria raksasa berjanggut hitam tengah duduk disitu, bersama sedikit guru. Kini anak-anak tahun pertama telah duduk di salah satu meja, suara mereka berisik membicarakan mengenai penseleksian. Mendengar itu Yusuke menepuk kepalanya, ia benar-benar lupa dengan seleksi asrama! Astaga, ia sama sekali belum memikirkan asrama mana yang ia inginkan..atau lebih tepatnya, cocok dengannya. Tiba-tiba terdengar dentingan sendok yang beradu dengan gelas, dan semua orang yang ada di ruangan Aula Besar pun terdiam. Yusuke mencari asal suara dentingan itu, ternyata dari meja guru, dan dilihatnya seorang pria tua dengan jenggot putih panjangnya, berkacamata dan memakai topi sihir, tengah tersenyum dan memberikan sambutan yang sekedarnya untuk menyambut kedatangan murid-murid tahun pertama. Guru itu pun kemudian langsung mengatakan sudah tiba saatnya untuk penseleksian asrama. GLEKH! Yusuke menelan ludah. Sekarang ia benar-benar panik, karena sama sekali belum memikirkannya. Wanita setengah baya yang tadi membuka pintu Aula Besar--ternyata bernama Profesor McGonnagall, begitulah yang didengar Yusuke dari percakapan anak disebelahnya--tengah memegang sebuah topi kumal tak terurus, topi sihr berwarna hitam, di atas sebuah bangku di depan meja guru. Tepatnya, seperti di atas panggung. Yusuke menatap topi itu, menyipitkan matanya untuk berusaha melihat lebih jelas. Apakah itu Topi Seleksi yang diceritakan Seiji? Tapi nampaknya daritadi topi itu tak berkutik.., gumam Yusuke. Namun ternyata dugaannya salah, sesaat kemudian topi itu menggeliat dan bergerak, kemudian bernyanyi: Kelakuan Gryffindor b'rani.. Selalu hadapi masalah.. Main sikat, main embat.. Semua tantangan~ Kelakuan ravenclaw pintar.. Tak pernah berhenti belajar.. Semua esai dan tugas, Pastilah kelar Itu karakter asrama.. Yang sifatnya sangatlah beragam.. Awas jangan salah pikir.. Semua asrama pasti bagus.. Gryffindor itu berani.. Ravenclaw tempatnya cendikia.. Kalau Huffepuff yang ramah.. Ambisius sifatnya Slytherin. Kelakuan Hufflepuff ramah.. Selalu menebarkan senyum.. Baik hati, setia.. Gemar menabung.. Kelakuan Slytherin licik.. Ambisius dan juga cerdik.. Hati-hati musuhnya.. Pada blingsatan.. Yusuke terbelalak mendengar topi itu bernyanyi, mulutnya menganga. Seiji memang bercerita Topi Seleksi selalu bernyanyi di awal tahun pelajaran baru, dan setiap tahun selalu berbeda lirik. Bukannya tak percaya, namun baru kali ini Yusuke melihat sebuah topi bisa bernyanyi..dan ia penasaran bagaimana topi ini setiap tahun mampu menciptakan lirik lagu berbeda. Apakah topi itu mampu berpikir? Atau dibantu menciptakan lirik oleh para guru? Atau.. berjuta tanda tanya menghiasi kepala Yusuke, ia terus memikirkan berbagai kemungkinan mengenai Topi Seleksi hingga tidak menyadari kalau satu-persatu anak tahun pertama telah dipanggil namanya untuk memakai Topi Seleksi tersebut. Yusuke terlalu sibuk dengan pikirannya mengenai si Topi.. "Sawada,Yusuke!" GLEKH!! Yusuke menelan ludah, dan terpaku berat begitu begitu mendengar namanya dipanggil, oleh Profesor McGonnagal.. Kamisama, apakah waktuku sudah tiba?! jeritnya panik dalam hati. Ia melihat sudah banyak anak-anak tahun pertama telah duduk di meja sesuai dengan asrama mereka, setelah diseleksi Topi Seleksi tersebut. Yusuke menoleh, dan kemudian bangkit dari bangkunya, kemudian berjalan ke arah Tpi itu diletakkan. Pikirannya kini berganti menjadi pertanyaan dan kemungkinan akan masuk asrama mana dia nanti, mengenai si Topi Seleksi telah hilang dari kepalanya. Yusuke berjalan menyusuri meja-meja panajng di ruangan itu, matanya memandang si Topi Seleksi tapi pikirannya masih mengenai asrama. Ia mengingat-ingat apa yang dikatakan Seiji mengenai kriteria sifat-sifat masing-masing asrama. Astaga, aku benar-benar tidak memikirkannya..! Tenang Yucchan, tenang! Pikirkan baik-baik.. Gryffindor hanya untuk mereka yang berani, dan Seiji masuk ke sana.. Slytherin untuk mereka yang kebanyakan Pure Blood dan punya otak sedikit licik--jelas aku tak akan nyaman dengan para manusia yang tak pantas untuk ada di bumi--, Ravenclaw untuk mereka yang cerdik dan pintar, sedangkan Hufflepuff untuk mereka yang ramah dan rendah hati.. Ya ampun!! Sepertinya tidak ada dari asrama itu yang mencerminkan diriku! Sifatku itu benar-benar tak termasuk, aku kan tidak terlalu berani, muggle, ramah sih pasti, kalau baik rasanya tidak terlalu.. untuk kategori cerdas juga sepertinya tidak.. Tapi aku selalu ingin tahu akan sesuatu. Penasaran? Yah, mungkin, karena rasa penasaranku itu membuatku nekat melakukan segala sesuatunya demi mengetahui hal yang membuatku penasaran.. Apakah Ravenclaw? Atau Gryffindor? Atau-- Yusuke terus menggumam dan berpikir keras, sehingga tidak sadar ia telah mulai mendekati Topi Seleksi dan Profesor McGonnagal. Oh, tidak!! Kamisama!! jerit Yusuke panik,dia belum bisa memutuskan ingin masuk asrama mana. Keringat dingin mulai bercucuran, entah kenapa dia jadi setegang ini padahal tidak pernah seperti ini sebelumnya--seperti di antara hidup dan mati saja. Yusuke mengelap keringatnya, berdeham sedikit dan mulai mempercepat langkahnya mendekati si Topi Seleksi, berjalan dengan penuh percaya diri walau masih banyak kebimbangan di hatinya, dan tiba-tiba.. GUBBRAKK!! Yusuke terjatuh, tepat beberapa meter lagi mendekati Profesor Mcgonnagal dan si Topi Seleksi. Sangat memalukan, ternyata jubah hitamnya terinjak sehingga membuatnya terjatuh. Yusuke segera bangkit, sedikit meringis karena rupanya cukup sakit juga. Ia memasang cengiran memandangi Profesor McGonnagal dan guru-guru yang lainya, seolah berkata "maafkan-kecerobohanku-barusan". Yusuke kembali berdehem, dan ia pun duduk di atas bangku. Perlahan Profesor McGonnagal meletakkan Topi Seleksi di atas kepalanya, dan Yusuke masih saja terusberpikir mengenai asramanya. Baiklah, setelah aku pikir-pikir, mungkin antara Gryffindor dan Ravenclaw.. atau mungkin Hufflepuf.. JANGAN SLYTHERIN!! Tapi yang terpenting rasa penasaranku tidak mati di dalam asrama itu.. serta kemampuan Baseball-ku pun kuharap juga tak ikut mati tenggelam bersama dengan rasa penasaranku , gumam Yusuke dalam hati. Jantungnya kini berdetak kencang, deg-degan dengan apa yang akan dikatakan si Topi Seleksi mengenai asramanya. Keringat dingin akibat terlalu tegang kembali bercucuran, dan ia mengelapnya perlahan sambil menutup matanya erat-erat. Berharap, semoga kemungkinan terburuknya tidak terjadi. Label: Aula Besar, Tahun Pertama, Term 2
I remember your words and nod my head. Senin, 19 Mei 2008, 01.24
Esai Hogwarts Cup
俺の目を通って見ること, Seeing Through My Eyes (Ore no Me Totte Miru Koto) Pandangan Terhadap Diri Sendiri, Asrama, Sekolah Hogwarts dan Turnamen Hogwarts Cup Oleh : Yusuke Sawada Siswa Tahun Kedua Gryfindor SEKOLAH SIHIR HOGWARTS 1974 俺わ…ゆすけです! Ore wa…Yusuke-desu! (自己の反射-Jiko no hansha-The Self's Reflection) Sawada Yusuke. Sawada adalah nama keluarga, dan Yusuke adalah namaku. Di Eropa biasa menyebutkan nama keluarga belakang, jadi namaku Yusuke Sawada. Tak ada bedanya. Bagaimana orang-orang memanggilku? Sawada, Yusuke, Yusu, Yucchan, atau Yuu-chan. Yang mana saja tidak masalah selama mereka memang tahu namaku dan mengenalku. Dan yang lebih penting lagi, jika mereka memang benar-benar memanggilku. Tak masalah jika ada yang memanggilku dengan sebutan “Oi” atau sebutan tanpa nama lainnya. Yang penting mereka tahu kalau itu aku. Mereka tahu wajahku. Mereka tahu AKU. Mereka tahu AKU HIDUP. Mereka tahu AKU PERNAH HIDUP, setidaknya. Wajahku tertanam dalam ingatan mereka walau sedikit dan cuma sekilas, aku sudah cukup senang. Itulah bukti aku pernah masuk dalam kehidupan mereka dan menjadi bagian kecil dari perjalanan hidup mereka yang pernah melihatku, mendengar namaku, atau bahkan pernah masuk dalam kehidupanku. Kaori Sawada dan Raphael Van Der Stood adalah keluargaku. Raphael merupakan suami Kaori, kakakku. Mengenai orang tua, sudah lama aku kehilangan mereka dalam kecelakaan. Namun keluargaku tak hanya mereka, Seiji Yamaoka dan Kanna Yamaoka, adalah keluarga keduaku di London. Aku menyayangi mereka seperti keluarga kandungku sendiri, walaupun kami sama sekali tak punya hubungan darah, tapi kami punya hubungan persaudaraan dan persahabatan yang erat. Dua hal itu sudah cukup bagiku menganggap mereka sebagai bagian dari apa yang kusebut sebagai KELUARGA. Kulit gelap dan agak kehitaman. Yah, tak seperti orang Jepang pada umumnya, yang berkulit cerah dan hampir mendekati warna pucat, seperti orang sakit. Warna khas dari Asia Timur. Dulu aku selalu bertanya-tanya, kenapa hanya diriku yang berkulit gelap dalam keluarga Sawada. Hanya aku. Apakah aku bukan anak kandung? Aku tidak tahu. Aku tak pernah mempertanyakan hal tersebut pada kakakku dan almarhum kedua orang tuaku, tak pernah. Aku takut kalau itu benar, aku bukan anak kandung mereka. Keraguan itu muncul ketika banyak orang yang bergujing mengenai rupa kulitku yang amat berbeda dari anggota keluargaku yang lainnya, tapi di samping itu semua wajahku mirip dengan mereka. Keajaiban genetika? Mungkin saja. Sekarang aku tak pernah mempertanyakan hal tersebut, mengenai hubungan ‘darah’ku dengan keluarga Sawada dan kulit gelapku. Cukuplah itu semua aku cari tahu nanti, semua ada waktunya. Suatu hari aku akan tahu, cepat atau lambat. Tanpa diberitahu ataupun tidak. Lahir di bulan Mei menurutku cukup menyenangkan, meskipun lebih menyenangkan lagi jika lahir tepat di Hari Anak Nasional Jepang. Tapi tidak menyenangkan juga, karena setahuku banyak yang terlupakan ulang tahunnya pada hari itu, beberapa temanku sering sekali mengalaminya bahkan hampir setiap tahun. Bulan Mei juga identik dengan berakhirnya Musim Semi, ditandai dengan gugurnya bunga Sakura dan cuaca yang semakin panas. Aku sendiri menyukai Musim Semi di bulan Mei. Menyenangkan melihat hanami (acara melihat bunga) selesai dan bunga sakura mulai berguguran. Bunga yang berguguran itu indah, bukan menandakan suatu akhir tapi awal yang baru. Tanggal 13, tanggal dimana seorang anak laki-laki berkluit gelap bernama Yusuke hadir diantara keluarga besar Sawada, biasa dikatakan sebagai nomer pembawa sial. Betulkah itu? Akan lebih sial lagi jika lahir di hari Jum’at tanggal 13. Aku lahir hari Minggu, dan aku tidak percaya dengan angka serta hari sial. Bagiku 13 adalah angka berharga, karena merupakan tanggal kelahiranku. Kemunculan dan awal kehidupanku sebagai seorang anak laki-laki, bagian dari keluarga Sawada yang notabenenya adalah muggle, tidak ada darah penyihir. Jadi, aku adalah muggle-born. Penyihir yang lahir di keluarga biasa, manusia biasa, kalangan non-penyihir. Apakah aku kecewa dan minder karena itu? Tidak, aku senang, tidak menjadi bagian dari penyihir berdarah murni karena dapat membuat diriku berbahaya dan besar kepala. Bagaimana dengan sifatku sendiri? Orang-orang mengetahui kalau aku itu agak nakal, tapi kebanyakan berpendapat diriku itu nekat. Yah, nekat, dan aku sendiri mengakui hal itu. Kenekatanku semata-mata karena didukung oleh rasa penasaran dan rasa ingin melindungi yang memang pantas dilindungi. Rasa penasaran bisa membunuh seekor kucing, dan hal-hal tersebut sering aku hadapi. Saat kakakku belum menikah, aku begitu protektif padanya, bisa dikatakan juga kalau aku termasuk sister complex, aku tak akan menyerahkan kakakku pada pria tak bertanggung jawab. Pacar-pacar kakakku terdahulu babak belur karena tanganku. Karena aku menghajar mereka. Tak segan-segan aku menghabisi mereka yang membuat kakakku menangis. Itulah aku, Yusuke, yang sangat menyayangi kakak perempuanku dan keluarga kandungku satu-satunya, Kaori. Lain halnya dengan rasa melindungi, itu benar jika aku memilik rasa keadilan yang cukup tinggi menurutku, aku tak akan menghajar dan menghabisi seseorang jika hal yang membuatnya bersalah atau masallah yang ada tidak cukup jelas. Jadi, aku tak akan menghajar orang tanpa alasan. Aku tak akan memulai masalah jika tak ada yang memulai masalahnya denganku. Jika mereka sendiri cari masalah denganku, terima saja akibatnya. Tapi tetap saja, aku harus mengandalkan otakku dulu untuk berpikir jernih dan rasional, apakah aku atau dia yang bersalah dalam masalah tersebut. Aku yang bersalah, maka dengan senang hati dan lapang dada aku akan minta maaf. Memaksa orang minta maaf terkadang kulakukan jika benar-benar terlihat jelas dan terbukti kalau memang orang tersebut yang bersalah. Pemaksa? Bisa dibilang begitu. Diriku sebagai penyihir yang gila baseball, agak membuat orang-orang heran. Penyihir biasanya tergila-gila dengan Quidditch, olahraga favorit kalangan penyihir. Salahkah menjadi yang berbeda diantara yang lainnya? Aku tidak membenci Quidditch, aku menyukainya, namun tidak sebesar kesukaanku pada baseball, olahraga kesukaanku dan merupakan bagian dari hidupku. Hidupku adalah untuk baseball. Olahraga inilah yang pertama kali dikenalkan Otou-san (ayah) padaku, secara dia juga penggemar dan penggila baseball. Quidditch dan baseball adalah sama, hanya memiliki beberapa perbedaan. Dan karena itulah aku menyukai Quidditch, karena aku menyukai baseball. Kedua hal itu saling berhubungan secara tidak langsung. Aku sendiri jika tak latihan memukul agak sedikit tersiksa, minimal aku harus bergerak mengayunkan dengan tangan kosong. Membuatku sedikit lebih baik. Gila olahraga? Sedikit, aku hanya tergila-gila padabaseball, tapi tak membuatku membenci olahraga lain. Seperti yang kubilang, hidupku adalah untuk baseball. Aku selalu membawa pemukul baseball-ku kemana-mana. Itu termasuk harta berhargaku, pemberian kakakku dan penuh dengan harapan rekan setimku, berharap aku kembali pada mereka, bermain bersama mereka lagi. Apakah aku kecewa sekolah di Hogwarts dan diterima disini? Tidak sama sekali. Ini adalah pengalaman, memang awalnya agak sulit terbiasa karena pada mulanya bukan duniaku, tapi sekarang dunia sihir adalah duniaku. Tapi itu tak membuatku melupakan dunia muggle, dunia dimana aku hidup dan tumbuh selama ini. Adakah keinginan untuk keluar dari Hogwarts? Tidak. Sama sekali tidak. Inilah tempatku belajar tentang sisi lain dari dunia yang belum pernah aku sentuh sebelumnya, dunia yang hanya bisa aku dengar dan ketahui dari cerita-cerita yang keluar dari mulut Raphael, dunia dimana semua keajaiban bisa terjadi, dengan sihir. 赤いライオン…それは本当それであるか? Akai Raion…Sore wa Hontou Sore de Aru ka? ( 寮の反射-Ryou no hansha-The Dormitory's Reflection) Gryffindor, sang singa merah. Merah? Kenapa harus merah? Karena merah adalah warna yang menunjukkan keberanian. Tapi di negaraku, Jepang, warna merah adalah perumpamaan dari matahari terbit, sesuai dengan apa yang tergambar di bendera Negara kami. Tapi warna merah sama-sama mengandung makna yang dalam, awal dari suatu yang baru dan keberanian. Tak hanya merah, ada pula warna emas, tapi mungkin tidak begitu emas, agak sedikit kekuningan. Warna yang menunjukkan kehangatan dari banyaknya warna kuning yang ada di dalamnya, warna keceriaan, dan warna kemewahan. Keceriaan para anak-anak Gryffindor dibalik keberanian mereka, berani tidak selamanya galak. Selama ini keberanian identik dengan galak. Emas dengan kemewahannya, maksudnya adalah seberapa berharganya anak-anak Gryffindor bagi Godric, kami adalah hartanya yang berharga, para pemberani yang datang dari berbagai latar belakang. Tapi itu tak menjadikan kami, para Gryffies, menjadi sombong dan merasa paling berharga dan paling hebat diantara semua asrama. Godric tentunya berharap kami tetaplah rendah hati dan tak memandang remeh yang lainnya. Lagipula, apa yang bisa dilakukan sekarang adalah memenuhi harapan dari Godric, menjadikan diri kami berani dan sebijaksana mungkin, dan berusaha semampu kami serta tidak pantang menyerah. Singa sendiri merupakan raja hutan, tapi semata-mata tak menjadikan asrama kami sebagai yang tertinggi di Hogwarts. Singa ini hanyalah symbol, seekor pemimpin di hutan yang berani dan ganas, sebagai raja yang pemberani. Seorang raja, tentu saja, harus mampu melindungi rakyatnya dan mampu berpikir bijaksana demi kesejahteraannya. Jadi, tak hanya mengandalkan keberanian, tapi juga harus mengandalkan pemikiran matang karena semua keputusan ada konsekuensinya. Sangat salah mengandalkan kekuatan fisik semata, seorang Gryffindor sejati tak hanya harus berani tapi juga harus mampu mengontrol emosinya serta pemikiran jernihnya dalam mengambil suatu tindakan, yang mampu mempengaruhi hidupnya sendiri atau bahkan orang lain. Kebanyakan anak yang berada dalam asrama ini memiliki kesetiakawanan yang tinggi, serta kenekatan cukup tinggi. Kenekatan tidak sama dengan kenakalan. Tentunya satu sekolah tahu tentang senior-seniorku di tahun keempat yang terbilang iseng dan sering sekali kena detensi. Itu bukan kenakalan, melainkan pelampiasan rasa penasaran yang tertanam dalam diri mereka, memberontak ingin dikeluarkan tapi mereka mengeluarkannya di waktu yang kurang tepat, seringkali. Tak hanya para seniorku, beberapa temanku juga begitu. Normal dan wajar. Bukan hanya keberanian untuk bertarung dan melawan, tapi juga keberanian untuk berpendapat dan tak peduli dengan perkataan orang lain. Seperti yang aku bilang, Gryffindor adalah tempat para pemberani, para orang nekat serta bernyali tinggi dan penjunjung persahabatan secara tidak langsung. Mengapa aku katakan tidak langsung? Karena beberapa orang belum bisa meyakinkan hatinya apakah seseorang itu benar-benar sahabatnya atau tidak, tapi kelakuannya sudah menunjukkannya. Terkadang kata-kata tak diperlukan untuk menyampaikan itu. Setahun yang lalu, ketika mendengar si-topi-bernyanyi menyahutkan asrama ini untukku, asrama bagi para pemberani, aku tersentak. Kaget dan tak percaya. Dari sisi manakah ia melihatku pantas menempati Gryffindor? Kurasa dari kenekatanku. Itu sudah lebih dari cukup, aku tahu Topi Seleksi mampu menyelami pikiran dan pribadi terdalam orang yang memakainya. Untung saja hanya digunakan untuk seleksi, apa jadinya jika digunakan untuk hal yang lain? Tak terbayangkan rasanya. Senangkah diriku bergabung dengan Keluarga Singa Merah? Tentu senang, dan aku merasa diterima disini. Inilah rumahku selama bersekolah di Hogwarts, keluarga yang akan aku temui setiap hari hingga aku lulus nanti, kecuali saat libur musim panas tentunya. 俺の他家族 ( 学校の反射-Gakkou no hansha-The School's Reflection)Ore no Ta Kazoku [size=3]Kastil besar yang tak terjamah oleh dunia muggle karena memang dibuat supaya mereka tak bisa melihatnya. Sekolah Sihir Hogwarts, salah satu nama dari sekian nama sekolah sihir yang ada di dunia. Sekolah dimana saat ini, aku, Yusuke Sawada, mengecam pendidikan yang berbeda dari sekolahku di Jepang. Apa alasannya Hogwarts bisa mengirimkan surat penerimaan siswa baru padaku, yang notabenenya hanyalah seorang anak biasa, keturunan orang biasa, kalangan muggle-born? Itulah yang masih kupertanyakan hingga saat ini. Belum ada petunjuk untukku supaya bisa mendapatkan jawabannya, sangat misterius. Namun aku percaya, Hogwarts tidak sembarangan memilih murid, pastinya ia tahu potensi-potensi tersembunyi yang ada dalam diri kami masing-masing, masih tertidur dan menunggu untuk dibangkitkan. Entah ada berapa orang yang berada dalam kastil ini. Ratusan? Kurasa lebih, bisa menyampai ribuan, jika dimasukkan dengan para penghuni lukisan yang hobi bercengkrama di pagi hingga sore hari. Aku menganggap mereka hidup, bagian dari kastil ini. Selain para penghuni lukisan itu, tentu saja ada dan tinggal para professor, staff dan murid-murid. Albus Dumbledore sang kepala sekolah, Profesor McGonagall sebagai wakil kepala sekolah, dan berbagai nama guru lainnya yang merupakan guru tetap Hogwarts kecuali guru Pertahanan Terhadap Ilmu Sihir. Entah kenapa mata pelajaran yang satu itu sepertinya membawa kesialan tersendiri, menurut Seiji, temanku, setiap tahun memang selalu berganti, tak ada guru yang bertahan lebih dari setahun. Ada apa dengan jabatan dan pelajaran itu? Aku tak percaya jika mata pelajaran itu memiliki efek kesialan. Hanya masalah Hogwarts belum menemukan guru yang tepat saja. Cukup bagiku merasakan kegilaan Profesor Maddy sebagai guru PTIH, semoga tahun-tahunku berikutnya tak seburuk itu. PTIH tahun pertama yang tidak menyenangkan sama sekali, apalagi melihat tingkah Profesor Maddy ketika Event Duel antar siswa, benar-benar tak termaafkan. Memantrai muridnya sendiri dengan Kutukan Tak Termaafkan? Otaknya memang sudah rusak. Hogwarts terdiri dari empat asrama, Gryffindor, Slytherin, Hufflepuff dan Ravenclaw, nama asrama tersebut diberikan sesuai dengan nama para pendirinya. Keempat logo asrama digabungkan dalam logo Hogwarts, dalam suatu perisai keemasan, dikelilingi dua pita terurai bertuliskan di atas dan bawahnya. Maksud dari warna keemasan, tentu saja, bagi Hogwarts keempat asrama itu adalah harta mereka, dimana mereka mendidik bibit-bibit unggul penyihir-penyihir yang akan membawa masa depan cerah nantinya. Tidak akan membiarkannya rusak, benar-benar menjaga murid Hogwarts selayaknya anak sendiri dan harta mereka yang paling berharga. Draco Dormiens Nunquam Titilandus, jangan membangunkan naga yang sedang tidur, apa maksud dari motto Hogwarts ini? Mungkin sebagai peringatan, jangan macam-macam dengan Hogwarts ataupun salah satu muridnya. Naga sendiri merupakan hewan sihir yang termasuk paling berbahaya, apakah maksud dari kata-kata itu adalah kemarahan? Kemarahan seekor naga bisa dikatakan sangat dahsyat. Apapun yang terjadi, tentunya para penghuni Hogwarts akan berusaha yang terbaik untuk melindungi sekolahnya sendiri, sekolahku Hogwarts tercinta. Sekolah Sihir Hogwarts tentu berbeda dengan sekolah muggle-ku dulu. Pelajrannya tentu berbeda, dan kebanyakan mengutamakan prakteknya daripada teorinya, dan tugas esai tak terelakkan lagi. Praktek memang penting, tapi jika tak didukung dengan pengetahuan teori yang cukup rasanya tak begitu berguna. Kedua hal itu saling mendukung, tak bisa kehilangan salah satunya. Saling melengkapi. Dan Hogwarts, adalah keluarga ketigaku setelah keluarga kandungku dan keluarga Yamaoka. Kenapa kuanggap sebagai keluarga ketiga? Karena aku merasa Hogwarts masih belum bisa kudalami sebagai sebuah keluarga, aku baru mengecam pendidikan sampai tahun kedua, dan kuharapa Hogwarts bisa naik dan kuanggap sebagai keluarga keduaku kelak. トーナメントか。それを持って来なさい! Toonamento ka. Sore o Motte ki Nasai! ( ーナメントの反射-Toonamento no hansha-The Hogwarts Cup Tournament's Reflection) Pertama kali aku mendengarnya, agak sedikit heran. Aku tak pernah mendengar mengenai turnamen ini sebelumnya. Apakah baru diadakan tahun ajaran ini? Mungkin saja. Yang pasti ini berbeda dengan Turnamen TriWizard, event dan turnamen yang diadakan beberapa tahun sekali, bertanding kemampuan dengan penyihir dari sekolah sihir lainnya. Lalu, seperti apa Hogwarts Cup ini? Masih samar sebenarnya apa rupanya, tak ada yang bisa aku tanyai berhubung turnamen ini termasuk baru untukku dan anak-anak lainnya. Hanya ada satu cara untuk mengetahui seluk beluk turnamen ini, yaitu dengan cara mengikutinya. Setelah berbagai desakan yang ditujukan bagiku, dengan penuh keberanian aku memberanikan untuk mengikuti turnamen ini. Hogwarts Cup, ditilik dari namanya adalah suatu turnamen bagi para murid dan siswa Hogwarts, tak peduli dari asrama apapun, dimana mereka bisa berpartisipasi menunjukkan kemampuannya serta keberaniannya, sekaligus mengasah kemampuan dan menambah pengalaman mereka. Tujuan utama dari turnamen ini pastilah itu. Setiap turnamen pastilah telah direncanakan dengan matang, tidak begitu saja diadakan tanpa persiapan apapun. Nekatkah aku? Sepertinya ya. Tentu senior-senior kelas atas mengikuti turnamen ini. Agak sedikit minder, karena pengalaman mereka pastinya lebih banyak mengenai turnamen-turnamen ini dan mereka juga mampu untuk meraba kesamaran dari turnamen Howgarts Cup ini. Sekarang yang hanya bisa aku lakukan adalah tetap tenang, percaya diri serta berani maju mengikutinya, sanggup menghadapai resiko apapun. Kamisama wa, ore o sanbi suru. Berkahi aku kekuatan dan keberanian untuk turnamen ini. Ganbatte kudasai! Label: Surat, Tahun Ketiga, Yusuke
I remember your words and nod my head. |
thepersoninside ![]() 沢田諭介 Yusuke Sawada Sawada, Yusuke, Yusu, Yucchan Generasi ke-12 dalam silsilah resmi Keluarga Muggle Sawada, merupakan orang kedua yang memiliki ciri-ciri fisik Brazilian, dari faktor genetika generasi pertama. Ciri ini hanya muncul setiap enam generasi, tanpa meninggalkan ciri Asia. Hanya faktor gen pertumbuhan dan warna kulit yang berpengaruh. Muggleborn, golongan darah O. Tinggi badan 180 cm dengan berat 62 kg. Terbilang jangkung untuk orang Asia pada umumnya, namun wajar bagi orang Eropa. Kulit gelap, mata coklat kayu, hidung agak besar dan pesek, berjanggut tipis. Rambut hitam-kecoklatan (painted) bermodel agak 'jingkrak'. Selalu menutupi rambutnya dengan topi berbagai jenis. Berkacamata (dengan minus rendah, hanya -2 tanpa silinder). Lahir di Sendagaya, Jepang, tanggal 13 Mei tahun 1962, jarang pulang ke Negeri Matahari Terbit itu sejak bersekolah di Hogwarts. Tongkat sihirnya adalah Hawthorn 31 cm berinti Kulit Serpent yang Dikeringkan, yang didapatkan ketika berumur 11 tahun (tepat di Tahun Pertamanya). Terdaftar di Hogwarts sebagai murid Asrama Gryffindor, angkatan tahun 1974. |
partnersinplot
A PUPPETMASTER B Karasuma Rei Mizuhime Winterfield Haruhi Kumayuki ongoingplot
None thebackstories
+ Summer Letters — Pt. 1.2 (Yusuke) + Summer Letters — Pt. 1.1 (Mizuhime) + Summer Letters — Pt. 1.1 (Yusuke) + Listen to Me + Kelas Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam, 1976-1977 + Kelas Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam, 1975-1976 + Pesta Awal Tahun Ajaran - 1973/1974 (after Hospita... + Pesta Awal Tahun Ajaran - 1973/1974 (part 3) + Pesta Awal Tahun Ajaran - 1973/1974 (part 2) + Seleksi Asrama - 1973/1974 ittakemonths
+ April 2008 + Mei 2008 + Juli 2008 + Agustus 2008 + September 2008 + April 2009 |
aboutthesong
![]() Artist: CHEMISTRY Album Name: Life goes on Release Type: Single Release Date: 20.08.08 Genre: J-Pop, Electro, Vocal Tracklist: 01 Life goes on~side K~ 02 Life goes on~side D~ 03 Life goes on~side K~ [Less Vocal] 04 Life goes on~side D~ [Less Vocal] *Info taken from here. abouttheface
Kaname Kawabata Born in Tokyo, 28th January 1979 Part of vocal group named CHEMISTRY. Chemistry (ケミストリー ,Kemisutorī?) is a Japanese pop/R&B duo, composed of Yoshikuni Dōchin and Kaname Kawabata. They were the winners of the Asayan audition (similar to the American Idol series) in 2000 organized by Sony Music Entertainment Japan. Their first single "Pieces of a Dream" was released on March 3, 2001, and was the best selling single that year (over 2 million). Most of their singles have reached #1 on the Oricon charts; all five albums have reached #1 the day they were released. Their #1 streak was broken by the Kinki Kids' H album, scoring them a #2 rank for Fo(u)r. Chemistry is also known in Korea for the popular collaboration song "Let's Get Together Now," featuring talents from both Korea and Japan and for collaborating with Korean singer Lena Park who appears in the b-side "Dance with Me" on the "Kimi ga Iru" single. On March 6, 2008, Kaname Kawabata married model Miki Takahashi. They met after she appeared in the PV for "This Night." aboutthelayout
An accidentality production Inspiration from DancingSheep & BONBON:D Hosted free by Blogger |