plugin&play
Music saves our souls | ||||||||
So I’ll always believe as I move forward, Life goes on. navigations are the four lines of lyric. they are profile, entries, links and credits navigations respectively (from the top). |
Senin, 19 Mei 2008, 01.24
Esai Hogwarts Cup
俺の目を通って見ること, Seeing Through My Eyes (Ore no Me Totte Miru Koto) Pandangan Terhadap Diri Sendiri, Asrama, Sekolah Hogwarts dan Turnamen Hogwarts Cup Oleh : Yusuke Sawada Siswa Tahun Kedua Gryfindor SEKOLAH SIHIR HOGWARTS 1974 俺わ…ゆすけです! Ore wa…Yusuke-desu! (自己の反射-Jiko no hansha-The Self's Reflection) Sawada Yusuke. Sawada adalah nama keluarga, dan Yusuke adalah namaku. Di Eropa biasa menyebutkan nama keluarga belakang, jadi namaku Yusuke Sawada. Tak ada bedanya. Bagaimana orang-orang memanggilku? Sawada, Yusuke, Yusu, Yucchan, atau Yuu-chan. Yang mana saja tidak masalah selama mereka memang tahu namaku dan mengenalku. Dan yang lebih penting lagi, jika mereka memang benar-benar memanggilku. Tak masalah jika ada yang memanggilku dengan sebutan “Oi” atau sebutan tanpa nama lainnya. Yang penting mereka tahu kalau itu aku. Mereka tahu wajahku. Mereka tahu AKU. Mereka tahu AKU HIDUP. Mereka tahu AKU PERNAH HIDUP, setidaknya. Wajahku tertanam dalam ingatan mereka walau sedikit dan cuma sekilas, aku sudah cukup senang. Itulah bukti aku pernah masuk dalam kehidupan mereka dan menjadi bagian kecil dari perjalanan hidup mereka yang pernah melihatku, mendengar namaku, atau bahkan pernah masuk dalam kehidupanku. Kaori Sawada dan Raphael Van Der Stood adalah keluargaku. Raphael merupakan suami Kaori, kakakku. Mengenai orang tua, sudah lama aku kehilangan mereka dalam kecelakaan. Namun keluargaku tak hanya mereka, Seiji Yamaoka dan Kanna Yamaoka, adalah keluarga keduaku di London. Aku menyayangi mereka seperti keluarga kandungku sendiri, walaupun kami sama sekali tak punya hubungan darah, tapi kami punya hubungan persaudaraan dan persahabatan yang erat. Dua hal itu sudah cukup bagiku menganggap mereka sebagai bagian dari apa yang kusebut sebagai KELUARGA. Kulit gelap dan agak kehitaman. Yah, tak seperti orang Jepang pada umumnya, yang berkulit cerah dan hampir mendekati warna pucat, seperti orang sakit. Warna khas dari Asia Timur. Dulu aku selalu bertanya-tanya, kenapa hanya diriku yang berkulit gelap dalam keluarga Sawada. Hanya aku. Apakah aku bukan anak kandung? Aku tidak tahu. Aku tak pernah mempertanyakan hal tersebut pada kakakku dan almarhum kedua orang tuaku, tak pernah. Aku takut kalau itu benar, aku bukan anak kandung mereka. Keraguan itu muncul ketika banyak orang yang bergujing mengenai rupa kulitku yang amat berbeda dari anggota keluargaku yang lainnya, tapi di samping itu semua wajahku mirip dengan mereka. Keajaiban genetika? Mungkin saja. Sekarang aku tak pernah mempertanyakan hal tersebut, mengenai hubungan ‘darah’ku dengan keluarga Sawada dan kulit gelapku. Cukuplah itu semua aku cari tahu nanti, semua ada waktunya. Suatu hari aku akan tahu, cepat atau lambat. Tanpa diberitahu ataupun tidak. Lahir di bulan Mei menurutku cukup menyenangkan, meskipun lebih menyenangkan lagi jika lahir tepat di Hari Anak Nasional Jepang. Tapi tidak menyenangkan juga, karena setahuku banyak yang terlupakan ulang tahunnya pada hari itu, beberapa temanku sering sekali mengalaminya bahkan hampir setiap tahun. Bulan Mei juga identik dengan berakhirnya Musim Semi, ditandai dengan gugurnya bunga Sakura dan cuaca yang semakin panas. Aku sendiri menyukai Musim Semi di bulan Mei. Menyenangkan melihat hanami (acara melihat bunga) selesai dan bunga sakura mulai berguguran. Bunga yang berguguran itu indah, bukan menandakan suatu akhir tapi awal yang baru. Tanggal 13, tanggal dimana seorang anak laki-laki berkluit gelap bernama Yusuke hadir diantara keluarga besar Sawada, biasa dikatakan sebagai nomer pembawa sial. Betulkah itu? Akan lebih sial lagi jika lahir di hari Jum’at tanggal 13. Aku lahir hari Minggu, dan aku tidak percaya dengan angka serta hari sial. Bagiku 13 adalah angka berharga, karena merupakan tanggal kelahiranku. Kemunculan dan awal kehidupanku sebagai seorang anak laki-laki, bagian dari keluarga Sawada yang notabenenya adalah muggle, tidak ada darah penyihir. Jadi, aku adalah muggle-born. Penyihir yang lahir di keluarga biasa, manusia biasa, kalangan non-penyihir. Apakah aku kecewa dan minder karena itu? Tidak, aku senang, tidak menjadi bagian dari penyihir berdarah murni karena dapat membuat diriku berbahaya dan besar kepala. Bagaimana dengan sifatku sendiri? Orang-orang mengetahui kalau aku itu agak nakal, tapi kebanyakan berpendapat diriku itu nekat. Yah, nekat, dan aku sendiri mengakui hal itu. Kenekatanku semata-mata karena didukung oleh rasa penasaran dan rasa ingin melindungi yang memang pantas dilindungi. Rasa penasaran bisa membunuh seekor kucing, dan hal-hal tersebut sering aku hadapi. Saat kakakku belum menikah, aku begitu protektif padanya, bisa dikatakan juga kalau aku termasuk sister complex, aku tak akan menyerahkan kakakku pada pria tak bertanggung jawab. Pacar-pacar kakakku terdahulu babak belur karena tanganku. Karena aku menghajar mereka. Tak segan-segan aku menghabisi mereka yang membuat kakakku menangis. Itulah aku, Yusuke, yang sangat menyayangi kakak perempuanku dan keluarga kandungku satu-satunya, Kaori. Lain halnya dengan rasa melindungi, itu benar jika aku memilik rasa keadilan yang cukup tinggi menurutku, aku tak akan menghajar dan menghabisi seseorang jika hal yang membuatnya bersalah atau masallah yang ada tidak cukup jelas. Jadi, aku tak akan menghajar orang tanpa alasan. Aku tak akan memulai masalah jika tak ada yang memulai masalahnya denganku. Jika mereka sendiri cari masalah denganku, terima saja akibatnya. Tapi tetap saja, aku harus mengandalkan otakku dulu untuk berpikir jernih dan rasional, apakah aku atau dia yang bersalah dalam masalah tersebut. Aku yang bersalah, maka dengan senang hati dan lapang dada aku akan minta maaf. Memaksa orang minta maaf terkadang kulakukan jika benar-benar terlihat jelas dan terbukti kalau memang orang tersebut yang bersalah. Pemaksa? Bisa dibilang begitu. Diriku sebagai penyihir yang gila baseball, agak membuat orang-orang heran. Penyihir biasanya tergila-gila dengan Quidditch, olahraga favorit kalangan penyihir. Salahkah menjadi yang berbeda diantara yang lainnya? Aku tidak membenci Quidditch, aku menyukainya, namun tidak sebesar kesukaanku pada baseball, olahraga kesukaanku dan merupakan bagian dari hidupku. Hidupku adalah untuk baseball. Olahraga inilah yang pertama kali dikenalkan Otou-san (ayah) padaku, secara dia juga penggemar dan penggila baseball. Quidditch dan baseball adalah sama, hanya memiliki beberapa perbedaan. Dan karena itulah aku menyukai Quidditch, karena aku menyukai baseball. Kedua hal itu saling berhubungan secara tidak langsung. Aku sendiri jika tak latihan memukul agak sedikit tersiksa, minimal aku harus bergerak mengayunkan dengan tangan kosong. Membuatku sedikit lebih baik. Gila olahraga? Sedikit, aku hanya tergila-gila padabaseball, tapi tak membuatku membenci olahraga lain. Seperti yang kubilang, hidupku adalah untuk baseball. Aku selalu membawa pemukul baseball-ku kemana-mana. Itu termasuk harta berhargaku, pemberian kakakku dan penuh dengan harapan rekan setimku, berharap aku kembali pada mereka, bermain bersama mereka lagi. Apakah aku kecewa sekolah di Hogwarts dan diterima disini? Tidak sama sekali. Ini adalah pengalaman, memang awalnya agak sulit terbiasa karena pada mulanya bukan duniaku, tapi sekarang dunia sihir adalah duniaku. Tapi itu tak membuatku melupakan dunia muggle, dunia dimana aku hidup dan tumbuh selama ini. Adakah keinginan untuk keluar dari Hogwarts? Tidak. Sama sekali tidak. Inilah tempatku belajar tentang sisi lain dari dunia yang belum pernah aku sentuh sebelumnya, dunia yang hanya bisa aku dengar dan ketahui dari cerita-cerita yang keluar dari mulut Raphael, dunia dimana semua keajaiban bisa terjadi, dengan sihir. 赤いライオン…それは本当それであるか? Akai Raion…Sore wa Hontou Sore de Aru ka? ( 寮の反射-Ryou no hansha-The Dormitory's Reflection) Gryffindor, sang singa merah. Merah? Kenapa harus merah? Karena merah adalah warna yang menunjukkan keberanian. Tapi di negaraku, Jepang, warna merah adalah perumpamaan dari matahari terbit, sesuai dengan apa yang tergambar di bendera Negara kami. Tapi warna merah sama-sama mengandung makna yang dalam, awal dari suatu yang baru dan keberanian. Tak hanya merah, ada pula warna emas, tapi mungkin tidak begitu emas, agak sedikit kekuningan. Warna yang menunjukkan kehangatan dari banyaknya warna kuning yang ada di dalamnya, warna keceriaan, dan warna kemewahan. Keceriaan para anak-anak Gryffindor dibalik keberanian mereka, berani tidak selamanya galak. Selama ini keberanian identik dengan galak. Emas dengan kemewahannya, maksudnya adalah seberapa berharganya anak-anak Gryffindor bagi Godric, kami adalah hartanya yang berharga, para pemberani yang datang dari berbagai latar belakang. Tapi itu tak menjadikan kami, para Gryffies, menjadi sombong dan merasa paling berharga dan paling hebat diantara semua asrama. Godric tentunya berharap kami tetaplah rendah hati dan tak memandang remeh yang lainnya. Lagipula, apa yang bisa dilakukan sekarang adalah memenuhi harapan dari Godric, menjadikan diri kami berani dan sebijaksana mungkin, dan berusaha semampu kami serta tidak pantang menyerah. Singa sendiri merupakan raja hutan, tapi semata-mata tak menjadikan asrama kami sebagai yang tertinggi di Hogwarts. Singa ini hanyalah symbol, seekor pemimpin di hutan yang berani dan ganas, sebagai raja yang pemberani. Seorang raja, tentu saja, harus mampu melindungi rakyatnya dan mampu berpikir bijaksana demi kesejahteraannya. Jadi, tak hanya mengandalkan keberanian, tapi juga harus mengandalkan pemikiran matang karena semua keputusan ada konsekuensinya. Sangat salah mengandalkan kekuatan fisik semata, seorang Gryffindor sejati tak hanya harus berani tapi juga harus mampu mengontrol emosinya serta pemikiran jernihnya dalam mengambil suatu tindakan, yang mampu mempengaruhi hidupnya sendiri atau bahkan orang lain. Kebanyakan anak yang berada dalam asrama ini memiliki kesetiakawanan yang tinggi, serta kenekatan cukup tinggi. Kenekatan tidak sama dengan kenakalan. Tentunya satu sekolah tahu tentang senior-seniorku di tahun keempat yang terbilang iseng dan sering sekali kena detensi. Itu bukan kenakalan, melainkan pelampiasan rasa penasaran yang tertanam dalam diri mereka, memberontak ingin dikeluarkan tapi mereka mengeluarkannya di waktu yang kurang tepat, seringkali. Tak hanya para seniorku, beberapa temanku juga begitu. Normal dan wajar. Bukan hanya keberanian untuk bertarung dan melawan, tapi juga keberanian untuk berpendapat dan tak peduli dengan perkataan orang lain. Seperti yang aku bilang, Gryffindor adalah tempat para pemberani, para orang nekat serta bernyali tinggi dan penjunjung persahabatan secara tidak langsung. Mengapa aku katakan tidak langsung? Karena beberapa orang belum bisa meyakinkan hatinya apakah seseorang itu benar-benar sahabatnya atau tidak, tapi kelakuannya sudah menunjukkannya. Terkadang kata-kata tak diperlukan untuk menyampaikan itu. Setahun yang lalu, ketika mendengar si-topi-bernyanyi menyahutkan asrama ini untukku, asrama bagi para pemberani, aku tersentak. Kaget dan tak percaya. Dari sisi manakah ia melihatku pantas menempati Gryffindor? Kurasa dari kenekatanku. Itu sudah lebih dari cukup, aku tahu Topi Seleksi mampu menyelami pikiran dan pribadi terdalam orang yang memakainya. Untung saja hanya digunakan untuk seleksi, apa jadinya jika digunakan untuk hal yang lain? Tak terbayangkan rasanya. Senangkah diriku bergabung dengan Keluarga Singa Merah? Tentu senang, dan aku merasa diterima disini. Inilah rumahku selama bersekolah di Hogwarts, keluarga yang akan aku temui setiap hari hingga aku lulus nanti, kecuali saat libur musim panas tentunya. 俺の他家族 ( 学校の反射-Gakkou no hansha-The School's Reflection)Ore no Ta Kazoku [size=3]Kastil besar yang tak terjamah oleh dunia muggle karena memang dibuat supaya mereka tak bisa melihatnya. Sekolah Sihir Hogwarts, salah satu nama dari sekian nama sekolah sihir yang ada di dunia. Sekolah dimana saat ini, aku, Yusuke Sawada, mengecam pendidikan yang berbeda dari sekolahku di Jepang. Apa alasannya Hogwarts bisa mengirimkan surat penerimaan siswa baru padaku, yang notabenenya hanyalah seorang anak biasa, keturunan orang biasa, kalangan muggle-born? Itulah yang masih kupertanyakan hingga saat ini. Belum ada petunjuk untukku supaya bisa mendapatkan jawabannya, sangat misterius. Namun aku percaya, Hogwarts tidak sembarangan memilih murid, pastinya ia tahu potensi-potensi tersembunyi yang ada dalam diri kami masing-masing, masih tertidur dan menunggu untuk dibangkitkan. Entah ada berapa orang yang berada dalam kastil ini. Ratusan? Kurasa lebih, bisa menyampai ribuan, jika dimasukkan dengan para penghuni lukisan yang hobi bercengkrama di pagi hingga sore hari. Aku menganggap mereka hidup, bagian dari kastil ini. Selain para penghuni lukisan itu, tentu saja ada dan tinggal para professor, staff dan murid-murid. Albus Dumbledore sang kepala sekolah, Profesor McGonagall sebagai wakil kepala sekolah, dan berbagai nama guru lainnya yang merupakan guru tetap Hogwarts kecuali guru Pertahanan Terhadap Ilmu Sihir. Entah kenapa mata pelajaran yang satu itu sepertinya membawa kesialan tersendiri, menurut Seiji, temanku, setiap tahun memang selalu berganti, tak ada guru yang bertahan lebih dari setahun. Ada apa dengan jabatan dan pelajaran itu? Aku tak percaya jika mata pelajaran itu memiliki efek kesialan. Hanya masalah Hogwarts belum menemukan guru yang tepat saja. Cukup bagiku merasakan kegilaan Profesor Maddy sebagai guru PTIH, semoga tahun-tahunku berikutnya tak seburuk itu. PTIH tahun pertama yang tidak menyenangkan sama sekali, apalagi melihat tingkah Profesor Maddy ketika Event Duel antar siswa, benar-benar tak termaafkan. Memantrai muridnya sendiri dengan Kutukan Tak Termaafkan? Otaknya memang sudah rusak. Hogwarts terdiri dari empat asrama, Gryffindor, Slytherin, Hufflepuff dan Ravenclaw, nama asrama tersebut diberikan sesuai dengan nama para pendirinya. Keempat logo asrama digabungkan dalam logo Hogwarts, dalam suatu perisai keemasan, dikelilingi dua pita terurai bertuliskan di atas dan bawahnya. Maksud dari warna keemasan, tentu saja, bagi Hogwarts keempat asrama itu adalah harta mereka, dimana mereka mendidik bibit-bibit unggul penyihir-penyihir yang akan membawa masa depan cerah nantinya. Tidak akan membiarkannya rusak, benar-benar menjaga murid Hogwarts selayaknya anak sendiri dan harta mereka yang paling berharga. Draco Dormiens Nunquam Titilandus, jangan membangunkan naga yang sedang tidur, apa maksud dari motto Hogwarts ini? Mungkin sebagai peringatan, jangan macam-macam dengan Hogwarts ataupun salah satu muridnya. Naga sendiri merupakan hewan sihir yang termasuk paling berbahaya, apakah maksud dari kata-kata itu adalah kemarahan? Kemarahan seekor naga bisa dikatakan sangat dahsyat. Apapun yang terjadi, tentunya para penghuni Hogwarts akan berusaha yang terbaik untuk melindungi sekolahnya sendiri, sekolahku Hogwarts tercinta. Sekolah Sihir Hogwarts tentu berbeda dengan sekolah muggle-ku dulu. Pelajrannya tentu berbeda, dan kebanyakan mengutamakan prakteknya daripada teorinya, dan tugas esai tak terelakkan lagi. Praktek memang penting, tapi jika tak didukung dengan pengetahuan teori yang cukup rasanya tak begitu berguna. Kedua hal itu saling mendukung, tak bisa kehilangan salah satunya. Saling melengkapi. Dan Hogwarts, adalah keluarga ketigaku setelah keluarga kandungku dan keluarga Yamaoka. Kenapa kuanggap sebagai keluarga ketiga? Karena aku merasa Hogwarts masih belum bisa kudalami sebagai sebuah keluarga, aku baru mengecam pendidikan sampai tahun kedua, dan kuharapa Hogwarts bisa naik dan kuanggap sebagai keluarga keduaku kelak. トーナメントか。それを持って来なさい! Toonamento ka. Sore o Motte ki Nasai! ( ーナメントの反射-Toonamento no hansha-The Hogwarts Cup Tournament's Reflection) Pertama kali aku mendengarnya, agak sedikit heran. Aku tak pernah mendengar mengenai turnamen ini sebelumnya. Apakah baru diadakan tahun ajaran ini? Mungkin saja. Yang pasti ini berbeda dengan Turnamen TriWizard, event dan turnamen yang diadakan beberapa tahun sekali, bertanding kemampuan dengan penyihir dari sekolah sihir lainnya. Lalu, seperti apa Hogwarts Cup ini? Masih samar sebenarnya apa rupanya, tak ada yang bisa aku tanyai berhubung turnamen ini termasuk baru untukku dan anak-anak lainnya. Hanya ada satu cara untuk mengetahui seluk beluk turnamen ini, yaitu dengan cara mengikutinya. Setelah berbagai desakan yang ditujukan bagiku, dengan penuh keberanian aku memberanikan untuk mengikuti turnamen ini. Hogwarts Cup, ditilik dari namanya adalah suatu turnamen bagi para murid dan siswa Hogwarts, tak peduli dari asrama apapun, dimana mereka bisa berpartisipasi menunjukkan kemampuannya serta keberaniannya, sekaligus mengasah kemampuan dan menambah pengalaman mereka. Tujuan utama dari turnamen ini pastilah itu. Setiap turnamen pastilah telah direncanakan dengan matang, tidak begitu saja diadakan tanpa persiapan apapun. Nekatkah aku? Sepertinya ya. Tentu senior-senior kelas atas mengikuti turnamen ini. Agak sedikit minder, karena pengalaman mereka pastinya lebih banyak mengenai turnamen-turnamen ini dan mereka juga mampu untuk meraba kesamaran dari turnamen Howgarts Cup ini. Sekarang yang hanya bisa aku lakukan adalah tetap tenang, percaya diri serta berani maju mengikutinya, sanggup menghadapai resiko apapun. Kamisama wa, ore o sanbi suru. Berkahi aku kekuatan dan keberanian untuk turnamen ini. Ganbatte kudasai! Label: Surat, Tahun Ketiga, Yusuke
I remember your words and nod my head. |
thepersoninside ![]() 沢田諭介 Yusuke Sawada Sawada, Yusuke, Yusu, Yucchan Generasi ke-12 dalam silsilah resmi Keluarga Muggle Sawada, merupakan orang kedua yang memiliki ciri-ciri fisik Brazilian, dari faktor genetika generasi pertama. Ciri ini hanya muncul setiap enam generasi, tanpa meninggalkan ciri Asia. Hanya faktor gen pertumbuhan dan warna kulit yang berpengaruh. Muggleborn, golongan darah O. Tinggi badan 180 cm dengan berat 62 kg. Terbilang jangkung untuk orang Asia pada umumnya, namun wajar bagi orang Eropa. Kulit gelap, mata coklat kayu, hidung agak besar dan pesek, berjanggut tipis. Rambut hitam-kecoklatan (painted) bermodel agak 'jingkrak'. Selalu menutupi rambutnya dengan topi berbagai jenis. Berkacamata (dengan minus rendah, hanya -2 tanpa silinder). Lahir di Sendagaya, Jepang, tanggal 13 Mei tahun 1962, jarang pulang ke Negeri Matahari Terbit itu sejak bersekolah di Hogwarts. Tongkat sihirnya adalah Hawthorn 31 cm berinti Kulit Serpent yang Dikeringkan, yang didapatkan ketika berumur 11 tahun (tepat di Tahun Pertamanya). Terdaftar di Hogwarts sebagai murid Asrama Gryffindor, angkatan tahun 1974. |
partnersinplot
A PUPPETMASTER B Karasuma Rei Mizuhime Winterfield Haruhi Kumayuki ongoingplot
None thebackstories
+ Letter from Hogwarts + When Green Becomes Brown (pt 3) + Received the Letter + When Green Becomes Brown (pt 2) + When Green Becomes Brown + [Ramuan Pengempis] Yang Besar jadi Kecil + Sent the FIRST Letter + Pesta Awal Tahun Ajaran - 1973/1974 ittakemonths
+ April 2008 + Mei 2008 + Juli 2008 + Agustus 2008 + September 2008 + April 2009 |
aboutthesong
![]() Artist: CHEMISTRY Album Name: Life goes on Release Type: Single Release Date: 20.08.08 Genre: J-Pop, Electro, Vocal Tracklist: 01 Life goes on~side K~ 02 Life goes on~side D~ 03 Life goes on~side K~ [Less Vocal] 04 Life goes on~side D~ [Less Vocal] *Info taken from here. abouttheface
Kaname Kawabata Born in Tokyo, 28th January 1979 Part of vocal group named CHEMISTRY. Chemistry (ケミストリー ,Kemisutorī?) is a Japanese pop/R&B duo, composed of Yoshikuni Dōchin and Kaname Kawabata. They were the winners of the Asayan audition (similar to the American Idol series) in 2000 organized by Sony Music Entertainment Japan. Their first single "Pieces of a Dream" was released on March 3, 2001, and was the best selling single that year (over 2 million). Most of their singles have reached #1 on the Oricon charts; all five albums have reached #1 the day they were released. Their #1 streak was broken by the Kinki Kids' H album, scoring them a #2 rank for Fo(u)r. Chemistry is also known in Korea for the popular collaboration song "Let's Get Together Now," featuring talents from both Korea and Japan and for collaborating with Korean singer Lena Park who appears in the b-side "Dance with Me" on the "Kimi ga Iru" single. On March 6, 2008, Kaname Kawabata married model Miki Takahashi. They met after she appeared in the PV for "This Night." aboutthelayout
An accidentality production Inspiration from DancingSheep & BONBON:D Hosted free by Blogger |